MOTIVASI DAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PENANAM POHON PENGHASIL KAYU PERTUKANGAN : KASUS TRADISI MENANAM KAYU BAWANG (Disoxylum molliscimum BL) OLEH MASYARAKAT KABUPATEN BENGKULU UTARA, BENGKULU

Secara umum pelaksanaan Pembangunan kehutanan selama dekade terakhir didasarkan pada komoditi kayu, dan informasi yang diketahui tentang bagaimana masyarakat dapat menerima jenis-jenis tersebut untuk ditanam secara tradisional sangat sedikit. Pengetahuan tentang motivasi dan ciri-ciri rumah tangga terhadap pertumbuhan jenis tradisional tersebut penting dalam pengembangannya dan penyempurnaan dalam pelaksanaannya. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan motivasi dengan karakteristik rumah tangga petani kayu bawang di kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu. Analisa data menggunakan metode chi-square untuk melihat hubungan antara karakteristik rumah tangga dengan tingkat motivasi penanaman pohon. Hasil analisis menunjukkan bahwa masyarakat Kabupaten Bengkulu Utara mempunyai motivasi sedang sampai tinggi untuk menanam pohon; yang didorong oleh faktor ekonomi seperti kebutuhan konsumsi dan untuk persediaan kayu untuk kebutuhan di masa mendatang, perasaan puas terhadap usaha perkayuan sekarang dan keinginan untuk mempertahankan pohon, ii) motivasi yang tinggi untuk menanam pohon berhubungan dengan ukuran luas lahan petani; petani yang mempunyai lahan yang luas akan mendukung tanaman campuran dan tingkat pendidikan yang rendah dari kepala rumah tangga petani akan mempengaruhi kekonsistenan dalam pelaksanaan kegiatan. Berdasarkan hasil penelitian ini pembelajaran antar petani perlu dipertimbangkan sebagai usaha penyuluhan dalam pengembangan tanaman kayu.

[1]  C. Shackleton,et al.  Household attributes promote diversity of tree holdings in rural areas, South Africa , 2008, Agroforestry Systems.

[2]  J. Alavalapati,et al.  Socioeconomic research in agroforestry: a decade in review , 2005, Agroforestry Systems.

[3]  K. K. Sood,et al.  Do socio-psychological factors matter in agroforestry planning? Lessons from smallholder traditional agroforestry systems , 2004, Small-scale Forest Economics, Management and Policy.

[4]  D. Mercer,et al.  Adoption of agroforestry innovations in the tropics: A review , 2004, Agroforestry Systems.

[5]  Subhrendu K. Pattanayak,et al.  Taking stock of agroforestry adoption studies , 2003, Agroforestry Systems.

[6]  T. Tomich,et al.  Land tenure and farm management efficiency: The case of smallholder rubber production in customary land areas of Sumatra , 2001, Agroforestry Systems.

[7]  M. Koike,et al.  Understanding why farmers plant trees in the homestead agroforestry in Bangladesh , 2000, Agroforestry Systems.

[8]  S. David Household economy and traditional agroforestry systems in western Kenya , 1997 .

[9]  A. Gouyon,et al.  Does ‘jungle rubber’ deserve its name? An analysis of rubber agroforestry systems in southeast Sumatra , 1993, Agroforestry Systems.

[10]  R. Chambers,et al.  Trees as savings and security for the rural poor. , 1989 .

[11]  G. Michon,et al.  Multistoried agroforestry garden system in West Sumatra, Indonesia , 1986, Agroforestry Systems.

[12]  E. Torquebiau Man-made dipterocarp forest in Sumatra , 1984, Agroforestry Systems.

[13]  E. Penot,et al.  Ecology versus economics in tropical multistrata agroforests , 2006 .

[14]  Junus Kartasubrata Social forestry dan agroforestry di Asia , 2003 .