Coal Bed Methane dan Potensinya di Indonesia

Dalam jangka panjang, kiranya tidak diragukan lagi bahwa peran batubara sebagai sumberdaya energi akan semakin meningkat. Hal ini sebagai konsekuensi makin meningkatnya pemakaian energi baik untuk keperluan industri maupun untuk menunjang kebutuhan hidup manusia yang sampai saat sekarang masih tergantung kepada energi konvensional yaitu minyak dan gasbumi. Ketergantungan terhadap penggunaan energi konvensional tersebut akan mengakibatkan makin menipisnya cadangan minyak dan gasbumi, sedangkan sementara ini temuan ladang-ladang minyak yang baru tidak memberikan prospek yang cukup cerah. Walaupun keterdapatan endapan batubara di Indonesia sudah diketahui sejak zaman penjajahan Belanda, namun kegiatan penambangan batubara yang berskala nasional baru dimulai pada pertengahan abad 19. Sejak saat itu produksi dan konsumsi batubara di Indonesia meningkat dari tahun ketahun dan diharapkan akan semakin meningkat dimasa akan datang. Untuk keperluan domestik, hingga saat ini batubara Indonesia secara keseluruhan masih digunakan secara langsung, sebagian besar dikonsumsi oleh pusat listrik tenaga uap (PLTU) dan sebagian lainnya digunakan untuk industri kecil dan rumahtangga. Walaupun usaha penganekaragaman penggunaan batubara di Indonesia telah dimulai, seperti coal liquefaction, coal gasification, namun semua masih dilakukan di dalam skala percobaan laboratorium. Keberhasilan program ini akan sangat tergantung berbagai macam faktor antara lain faktor teknik, ekonomi maupun penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu kemungkinan penganekaragaman penggunaan batubara di Indonesia adalah pengembangan coal bed methane sebagai sumberdaya energi maupun untuk menunjang industri kimia. Ditinjau dari karakter dan peringkat batubara yang ada di Indonesia, maka pengembangan coal bed methane dapat memberikan peluang untuk mendukung program diversifikasi dan konservasi energi nasional dalam menunjang pelaksanaan program pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.